Harga dengan stok beras di daerah aman

BERITA - JAKARTA. Harga beserta stok beras dalam daerah dinilai masih aman. Pasalnya masa panen baru tiba sebatas ketersediaan beras masih aman beserta harga diperkirakan tidak bagi melambung jangkung. Adapun keasalan impor beras dirasa tidak bagi selaku ancaman untuk harga beras daerah.
Arief Budiman, seorang pedagang beras dari Klaten, Jawa Tengah mengatakan Untuk harga beras medium dari penggilingan saat ini berada di kisaran Rp 9.000 - Rp 9.400 menyertai beras premium di Rp 10.400. Harga ini masih di bawah HET bahwa ditetapkan demi Jawa, sama dengan harga beras medium Rp 9.450/kg menyertai premium Rp 12.800/kg.
"Kita masih aktual masa panen, jadi harga beras saat ini turun dan sampai puasa ramadan nanti terus sekudunya masih aman," jelas Arief saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (13/5).
Adapun Arief memperkirakan hasil panen pada daerahnya berkisar 6-7 ton padi per hektare. Sedangkan beserta luas lahan Jawa Tengah, per data Badan Pusat Statistik tahun 2015 bagi provinsi tersebut adalah 965.262 hektare.
Sedangkan untuk harga beras daripada Medan, Sumatera Utara, berdasarkan informasi daripada alpa satu pedagang distributor beras Medan toko Sembilan Bako yang dihubungi Kontan, harga beras per 30 kilogram dijual di kisaran Rp 115.000 - Rp 300.000 untuk beras medium demi kealaman kukuh dan tidak ada kenaikan signifikan.
Artinya, per kilogram, harga beras berada terdalam kisaran Rp 3.800 - Rp 10.000 per kilogram, kubus artinya ada yang memelaluii HET Sumatera yang ditetapkan dalam Rp 9.950 per kilogram beras medium dan Rp 13.300 per kilogram beras premium.
Sedangkan mengenai harga beras Cipinang, Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid memastikan harga tetap sebanding pada harga tidak mengalami kenaikan signifikan memakai beras medium pada kisaran Rp 8.700 - Rp 9.000 per kilogram dan beras premium pada Rp 10.500 - Rp 11.000 per kilogram.
"Harga masih lumrah dan ekstra dalam catatan kami dempet Cipinang, sampai lebaran buat cukup dempet pasar induk," kata Zulkifli.
Ketika diperbahasan mengenai kedatangan beras impor, Zulkifli berpendapat dampak beras impor tidak hendak luar biasa agam bagi harga beras daerah. Pasalnya, daerah-daerah pencetus beras paling dalam kealaman panen sebatas stok beras aman.
Tak hanya itu, beras Vietnam dengan Thailand yang diimpor dengan pemerintah seakuratnya kalah saing ekstra dalam cita rasa sesantak pasar dalam daerah bakal tetap memilih beras lokal dibandingkan impor.
Karena itu ia menyampaikan, bila pemerintah ingin memastikan beras impor dapat diserap diterima secara maksimum dengan pasar atas daerah, aturan mengenai pencampuran beras wajib diluangkan.
Menurut Zulkifli, walau kualitas beras Thailand dan Vietnam lebih unggul atas beras lokal, namun rasanya relatif hambar dan kurang cocok dengan permintaan di pasar daerah. Sehingga, aturan kepada mencampur beras impor medium dengan beras medium Indonesia bisa memerankan solusi kepada memastikan beras terbilang dapat tersalurkan.
Adapun, bila dilihat ketimbang sisi harga, bakal tetap terkendali di bawah HET lagi memberi keuntungan bagi pedagang.
"Bila yang dicampur sama memakai premium memakai medium maka dijual melewati HET, maka jelas itu kurang maka tangkaplah. Karena beras impor itu, walau murah tapi rasa nasinya kelucuanr maka hambar, maka beras impor itu kalau tidak boleh diaduk, tidak atas laku," jelas Zulkifli. Oleh karena itu dari sisi pedagang, menjual beras impor murni bisa berujung buntung.
Sedangkan menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kemenkedalaman beras impor doang tidak akan mengganggu harga beras pada daerah karena wujud diendapkan pada gudang terlebih dahulu menurut stok.
"Kalau yang melakukan impor Bulog maka tidak makeliru, kalau non bulog maka kita bakal keberatan karena mereka tidak punya gudang maka bakal langsung dikeluarkan, maka ini tidak bakal banting harga," jelasnya.
Cek Berita lagi Artikel yang lain dalam Google News