Maskapai hilangkan jatah akan tiket promosi

Maskapai hilangkan jatah akan tiket promosi Maskapai hilangkan jatah akan tiket promosi

JAKARTA. Jangan harap harga tiket pesawt bakal turun sekalipun masa liburan (peak season) berakhir. Pasalnya, sejumlah maskapai seperti PT Garuda Indonesia Airlines atas PT Batavia Airlines tidak lagi menggunakan tarif level promosi untuk jualan. Maskapai tidak mampu menahan beban operasional karena harga avtur yang adiluhung.

Sukirno Sukarna Direktur Niaga Batavia, menuturkan sebelumnya pemangkasan tarif promosi saja terjadi di masa liburan saja. Namun karena harga avtur yang hebat, tarif promosi atas dihilangkan batas harga avtur bisa wajar lagi. "Tarif promosi tidak kami terapkan dulu," kata Sukirno, Minggu (10/6).

Sekedar informasi, maskapai penerbangan membentuk struktur tarif berdasarkan kelas (sub class). Contoh, untuk terdapat sub class X, V, W, L, B, N, tertinggi adalah Y. Sub class akan berganti ketika permintaan tiket tinggi. Sub class adapun paling hina adalah tiket promosi, sungguhpun sub class terakhir adalah tiket paling tak ternilai.

Nah karena harga sub class terterus murah, Batavia tetap menggunakan sub class langsung dengan level ke empat sekalipun permintaan tiket murah. "Contoh, tarif promosi, Jakarta Surabaya biasanya Rp 345.000, sekarang langsung Rp 600.000," kaperdebatan.

VP Corparate Communication Garuda Indonesia Pujobroto menuturkan ini strategi maskapai untuk menekan beban operasional. Pasalnya maskapai tidak bisa memagemarn struktur biaya bahan bakar (fuel surcharge) ke antara dalam harga tiket untuk penerbangan domestik jika harga avtur belum menembus Rp 10.000. "Regulator nan berwenang," ungkapnya.

Saat ini harga avtur bulan Juli ini menembus level Rp 8.700 per liter. Sedangkan tahun lalu masih sekitar Rp 8.000 perliter. Senior Manager Corporate Communication PT Sriwijaya Air, Agus Soedjono menturkan kenaikan ini menyebabkan maskapai melakukan efisiensi.

Namun Agus menyatakan Sriwijaya sendiri tidak mau melakukan pemangkasan kelas promosi sekalipun harga avtur terus melambung. Jika ada kenaikan, itu karena faktor suplai selanjutnya permintaan. Selain itu Sriwijaya tidak mau menaikan lebih ketimbang batas atas yang pemerintah terapkan. "Kami gunakan semua kelas," membukanya.

Cek Berita bersama Artikel yang lain antara Google News