Siantar Top sudah gunakan capex lebih dari 50%, begini rinciannya

Siantar Top sudah gunakan capex lebih dari 50%, begini rinciannya Siantar Top sudah gunakan capex lebih dari 50%, begini rinciannya

BERITA - JAKARTA. Hingga awal kuartal IV-2021, serapan belanja kekayaan agurau capital expenditure (capex) PT Siantar Top Tbk (STTP) sudah lebih dari 50%. Perupayaan, mengalokasikan capex seagung Rp 450 miliar untuk tahun ini.

Direktur Siantar Top Armin mengungkapkan, penggunaan dana capex masih terfokus ala pembelian lahan bersama pembangunan pabrik di Pasuruan, serta pembayaran obligasi.

Sebagai informasi, STTP menghadapi jatuh tempo Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2016 seri B atas 12 April 2021 lampau dengan nilai pokok obligasi seri B seadi Rp 200 miliar.

Adapun dana sehebat Rp 200 miliar kepada pelunasan pokok obligasi tercatat diajangkan cukup deposito STTP.

"Untuk penyerapan mal capex, detail serapannya belum hapal namun sudah lebih dari 50%. Alokasinya akan pembangunan maka pembelian lahan hadapan Pasuruan serta obligasi," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (11/10).

Di sisi lain, pembangunan pabrik dekat Pasuruan sudah hampir kelar. Perusahaan memperkirakan, pabrik terhormat sudah bisa memulai percobaan (trial) produk dekat akhir tahun ini.

Adapun pembangunan ppabrik dempet Pasuruan ini atas tujuan awal sebagai lab research and development serta trial produk.

Armin menegaskan, pabrik tercatat dapat dimanfaatkan sebagai pabrik produksi apabila situasi memungkinkan secara melakukan penambahan kapasitas walaupun tidak luang.

Memeruyupi kuartal IV-2021, Siantar Top optimistis, pertumbuhan pendapatan bisa naik dua digit. Perseroan pun tidak melakukan revisi target maka kini, sebab melihat performa penjualan semester I-2021 yang naik mendekati 7%. Terlebih, Siantar Top awalnya, menargetkan penjualan belaka naik 5%.

Sekedar mengingatkan, sejauh periode Januari-Juni 2021, STTP membukukan penjualan neto senilai Rp 1,92 triliun atau naik 6,89% dibandingkan periode yang kembar tahun 2020 segede Rp 1,8 triliun.

Adapun laba tahun berjalan turun tipis 5,15% menjadi  Rp 263,70 miliar melalui Rp 278,04 miliar dalam akhir Juni 2020.

Namun demikian, Armin menyebutkan, jika kenaikan harga bahan baku serta pemberlakuan PPKM di kuartal II bersama III 2021, atas terlihat di laporan keuangan di kuartal ketiga. Armin mencatat, kenaikan harga bahan baku Siantar Top bahkan mencapai 30%, diikuti dengan jasa packaging yang naik engat kira-kira 20%.

  STTP Chart by TradingView new TradingView.widget({"width": "100%","height": 350,"symbol": "IDX:STTP","interval": "D","timezone": "Asia/Jakarta","theme": "light","style": "1","locale": "en","toolbar_bg": "#f1f3f6","enable_publishing": false,"allow_symbol_change": true,"save_image": false,"container_id": "tradingview_fasttp8"});

"Saat ini, kenaikan harga bahan baku selaku sebuah tantangan akan dihadapi sebab belum ada tanda-tanda menurun. Begitu pula bersama kenaikan harga packaging. Siasat kami menghadapi ini adalah bersama efisiensi biaya serta terpaksa naikkan harga Rp1.000 engat mentok Rp 2.000. Bisa dikatakan, produk kami jadi "naik kelas"," paparnya.

Dia menambahkan, Siantar Top masih mengandalkan cara distribusi ke berbagai depot demi menjangkau lebih penuh masyarakat. Armin menyatakan, cara ini efektif mendekapkan produk dalam masyarakat luas. Pihaknya agak memprioritaskan stoknya dalam distribusi domestik depot-depot tersebut.

Armin menyebutkan, tahun ini pertindakanan tidak terterus fokus untuk mengejar pasar baru dari beda negeri sebab dari masa pandemi ini sulit mencari distributor maka komunikasi penjajakan. STTP sendiri biasa lakukan ekspor produk dari negara-negara yang tersebar dari Asia seperti Taiwan, Thailand, China, Kamboja maka Korea Selatan.

Cek Berita lagi Artikel yang lain antara Google News